Prabowo Choose Gatotkaca, a Knight, Not a Loud Kurawa
BuletinDigital. Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengaku sejak kecil telah ditanamkan nilai-nilai Pancasila dan dididik menjadi seorang kesatria. Terkait kesatria, Prabowo pun mengaku waktu kecil pernah ditanya, mau jadi Gatotkaca atau Kurawa?
Dengan tegas, Prabowo memilih menjadi Gatotkaca, seorang kesatria. Sehingga, sebagai kesatria, dia harus selalu berbuat baik.
Demikian pengakuan Prabowo saat memenuhi undangan malam silaturahmi dengan para pelaku usaha dan masyarakat Jawa Timur dari berbagai etnis, dalam acara yang diselenggarakan Gerakan Kristen Indonesia Raya (Gekira) di Surabaya, Sabtu malam.
"Anda mau hidup sebagai kesatria, membela kebenaran, membela yang lemah, menegakkan keadilan. Apa you mau ikut Kurawa, yang punya taring? Itu Kurawa yang suka curang. Kurawa yang suka bohong," katanya.
Prabowo menyatakan tidak mudah menjadi kesatria. Apalagi kesatria sejatinya tidak pernah harapkan imbalan, bahkan harus siap bila dicaci-maki.
"Tidak usah minta penghargaan. Seorang kesatria sering dicaci maki, tidak apa. Kita mati saja untuk negara mau kok, baru dicaci maki. Saya dihujat dicaci-maki, ndak pernah jawab saya," ujar mantan Komandan Jenderal Kopassus itu.
Dalam dunia politik, Prabowo mengaku sadar penuh dengan persaingan dan keras. Kelemahan dia pasti akan terus dicari. Namun, mantan Panglima Kostrad itu menegaskan akan tetap santai menghadapi semua tantangan itu.
"Kembali lagi falsafah orang Jawa percaya pangkat itu sampiran, pangkat itu dipasang dan suatu saat diambil.
Harta itu pinjaman dari Tuhan. Dikasih harta, suatu saat Tuhan akan minta.
Jangankan pangkat dan harta, nyawa itu titipan. Dengan demikian, sudahlah, hidup ini kita laksanakan dengan berbuat baik," lanjut Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Dengan tegas, Prabowo memilih menjadi Gatotkaca, seorang kesatria. Sehingga, sebagai kesatria, dia harus selalu berbuat baik.
Demikian pengakuan Prabowo saat memenuhi undangan malam silaturahmi dengan para pelaku usaha dan masyarakat Jawa Timur dari berbagai etnis, dalam acara yang diselenggarakan Gerakan Kristen Indonesia Raya (Gekira) di Surabaya, Sabtu malam.
"Anda mau hidup sebagai kesatria, membela kebenaran, membela yang lemah, menegakkan keadilan. Apa you mau ikut Kurawa, yang punya taring? Itu Kurawa yang suka curang. Kurawa yang suka bohong," katanya.
Prabowo menyatakan tidak mudah menjadi kesatria. Apalagi kesatria sejatinya tidak pernah harapkan imbalan, bahkan harus siap bila dicaci-maki.
"Tidak usah minta penghargaan. Seorang kesatria sering dicaci maki, tidak apa. Kita mati saja untuk negara mau kok, baru dicaci maki. Saya dihujat dicaci-maki, ndak pernah jawab saya," ujar mantan Komandan Jenderal Kopassus itu.
Dalam dunia politik, Prabowo mengaku sadar penuh dengan persaingan dan keras. Kelemahan dia pasti akan terus dicari. Namun, mantan Panglima Kostrad itu menegaskan akan tetap santai menghadapi semua tantangan itu.
"Kembali lagi falsafah orang Jawa percaya pangkat itu sampiran, pangkat itu dipasang dan suatu saat diambil.
Harta itu pinjaman dari Tuhan. Dikasih harta, suatu saat Tuhan akan minta.
Jangankan pangkat dan harta, nyawa itu titipan. Dengan demikian, sudahlah, hidup ini kita laksanakan dengan berbuat baik," lanjut Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Komentar
Posting Komentar